Dulu
ketika kecil, seorang kawan saya bahkan sering berseloroh, “Bayar hutangmu. Hutang dibawa mati lho!”
Well, terlepas dari benar atau tidaknya statement tersebut, hutang adalah
hutang. Bagi yang anda memilikinya, maka anda memiliki kewajiban pula untuk
menuntaskannya.
Hutang. Apa yang terbenak di pikiran anda ketika mendengar
kata hutang? Yang pasti itu menjadi
sebuah beban tersendiri bagi anda bukan? Baik itu yang berupa cicilan ataupun
non-cicilan. Hutang akan menjadi beban tersendiri bagi financial anda. Oleh
karena itu, jika anda memiliki hutang, maka TUNTASKANLAH! Sekecil apapun itu.
Saat ini, begitu mudah bagi siapa saja untuk mendapatkan hutangan atau pinjaman. Bahkan seiring
dengan kemajuan zaman yang mana saat ini
telepon selular sudah menjadi bagian dari hidup, berhutangpun bisa dilakukan
melalu aplikasi di ponsel pintar a.k.a smartphone
anda. Cukup bermodalkan KTP, pinjaman yang anda ajukan bisa cair kurang dari
satu hari. Nominalnya tentunya tergantung dari si pemberi pinjaman. Ada banyak
faktor untuk menentukan jumlah pinjaman yang akan dicairkan. Seperti, BI
checking, jumlah angsuran yang anda miliki saat ini, ada tidaknya tunggakan dan
lain-lain.
 |
Ilustrasi Mudahnya Mengajukan Pinjaman Online |
Namun, dibalik mudahnya
mendapatkan pinjaman, banyak yang belum menyadari kewajiban dan konsekuensi
dibalik itu semua. Sadarkah anda ketika anda mengajukan pinjaman kepada lembaga
keuangan baik itu bank ataupun non-bank, anda sudah terikat perjanjian atau
kontrak dengan si pemberi pinjaman? Kita mungkin sering mendengar sekarang ini
banyak pengalaman-pengalaman kurang mengenakan saat ditagih pembayarannya.
Bahkan si penagih sampai menghubungi orang yang ada di kontak phonebook kita untuk meminta kita
membayar hutang. Padahal kita tidak melibatkan orang tersebut ketika kita
mengajukan pinjaman. Tak jarang pula disertai dengan kata-kata kasar bahkan
intimidasi.
Menghindari Petaka Hutang
Pada tulisan sebelumnya, di artikel Perlukah Berhutang
, saya sempat share mengenai hutang
produktif vs hutang konsumtif. Kali ini saya coba tuliskan sedikit lebih dalam
bagaimana agar kita bisa menghindari malapetaka akibat hutang. Sudah banyak
kasus akibat memiliki hutang yang tidak jelas manfaatnya berakhir dengan
bencana. Ada yang rumah tangganya berantakan akibat hutang. Ada yang dipenjara
bahkan ada yang sampai bunuh diri. Mengerikan bukan?
Ada 3 point penting yang menurut saya harus anda lakukan sebelum
anda memutuskan berhutang agar terhindar dari malapetaka keuangan anda dan
terror debt collector hehehe..
Pertama, Kenali diri anda. Ini
mungkin terdengar aneh dan sulit. Tapi tahukah anda banyak orang terjebak dalam
masalah bukan hanya masalah keuangan karena dia tidak mengenal siapa dirinya?
Anda harus mengenali karakter anda. Contoh apakah anda termasuk orang yang
mudah tergoda dengan apa yang dimiliki orang lain. Jika iya, maka belajarlah
untuk mengendalikan emosional anda ketika melihat sesuatu yang orang lain
miliki dan tidak anda miliki. Pikirkan lagi lebih dalam, apakah anda
betul-betul membutuhkan barang tersebut atau tidak. Contoh lainnya, jika anda
berjalan-jalan di pusat perbelaanjaan, anda akan melihat barang-barang yang
menggoda anda untuk membelinya. Ditambah lagi adanya diskon atau sale sehingga anda semakin bernafsu
untuk membeli. Jika anda mudah
tergoda, maka hindarilah sering-sering ke mall atau pusat perbelanjaan. Dengan
begitu anda akan paham apa yang sesungguhnya ada butuhkan untuk hidup anda.
Tidak perlu lagi ikut-ikutan untuk memiliki apa yang orang lain miliki. Anda
tak perlu iri jika orang lain punya suatu barang sedangkan anda tidak. Karena
tolak ukurnya semua berdasarkan kebutuhan. Anda tidak perlu pergi ke mall atau
pusat perbelanjaan jika anda tidak betul-betul perlu. Sekedar makan di resto
sesekali atau refreshing? It’s still okay. Tapi bukan untuk berberlanja sesuatu
yang sebetulnya bukan kebutuhan anda atau hanya sekedar ikut-ikutan. Langkah
tersebut memang terlihat sepele, tapi
bisa menyelamatkan keuangan anda.
Kedua, Pahami kebutuhan anda.
Point ini erat terkait dengan point pertama. Perlu atau tidaknya berhutang dimulai dari
seberapa bijak anda menentukan mana yang menjadi kebutuhan anda, mana yang
bukan. Karena hal ini bersifat relatif. Setiap orang memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda. Anda yang baru berumah tangga belum dan memiliki anak mungkin
tidak memerlukan rumah yang besar. Yang penting cukup untuk anda tinggali
sehari-hari bersama pasangan anda. Cukup ada 1 kamar atau 2 maksimal. Lalu ada kamar mandi dan
dapur. Anda belum perlu untuk merenovasi rumah anda sehingga menjadi rumah yang
besar dengan kamar yang banyak. Uangnya
bisa anda simpan atau investasikan dahulu untuk di kemudian hari. Karena
seiring berjalannya waktu, ketika anda sudah memiliki anak, maka kebutuhanpun
akan berubah. Di saat itu lah mungkin anda akan memerlukan untuk merenovasi
rumah anda karena anak anda perlu kamar sendiri. Namun anda sudah memiliki
simpanan yang anda simpan sebelumnya sehingga anda tidak perlu berhutang. Keuangan
anda bisa lebih terkendali. Ketika anak sudah mulai sekolah, tentunya akan ada
biaya lagi yang diperlukan untuk keperluan pendidikannya. Semua kebutuhan
tersebut akan berubah seiring waktu. Namun hal yang perlu anda perhatikan
adalah, apakah hal tersebut sudah betul-betul menjadi kebutuhan anda atau
belum. Jika belum, maka anda tak perlu untuk mengeluarkan dana anda untuk itu
apalagi sampai berhutang. Sesuaikan segala sesuatunya dengan kebutuhan dan
penghasilan anda. Jangan pernah memaksakan diri memenuhi sesuatu yang
sebenarnya anda juga belum begitu perlu.
Sebuah smartphone canggih dengan fitur lengkap tentunya juga belum tentu
bisa memenuhi kebutuhan semua orang. Anda yang bekerja dengan mobilitas tinggi
mungkin butuh itu. Anda perlu “terkoneksi” setiap saat. Baik itu melalui email
atau chat. Kemuadian anda perlu organizer untuk menata semua agenda anda setiap
hari. Sehingga smartphone dengan fitur-fitur tersebut anda butuhkan
untuk menunjang produktifitas anda. Namun, apa jadinya jika itu semua dimiliki
oleh seseorang yang masih di bangku sekolah atau kuliah? Terasa mubazir bukan?
 |
Milikilah Visi dan Misi Finansial Anda |
Ketiga, milikilah visi dan misi finansial
anda. Dengan memiliki visi finansial, anda akan terarah dan bijak dalam
menggunakan uang anda. Dalam visi tersebut ada prioritas-prioritas yang harus
anda lakukan. Seperti apa contohnya? Misal, anda yang masih belum menikah
dengan penghasilan 3-4 juta/bulan, anda perlu tentukan untuk apa saja
penghasilan bulanan anda tersebut di pergunakan. Semisal dalam waktu 5 tahun setelah
anda bekerja anda punya visi untuk memiliki rumah. Atau dalam waktu 3 tahun
anda ingin mengejar impian anda bersekolah lagi di luar negeri. Dengan begitu,
anda memiliki prioritas-prioritas tersendiri yang pada akhirnya akan
meninggalkan hal-hal yang tidak masuk ke dalam prioritas anda. Misinya seperti
apa? Anda bisa tentukan sendiri. Misal, 15 persen dari gaji anda setiap
bulannya anda tabungkan atau investasikan. Investasinya bisa bebas tergantung
anda lebih merasa nyaman dengan intrumen investasi seperti apa. 5 persen
sisihkan untuk asuransi. 40 Persen untuk
biaya hidup atau kebutuhan anda sehari-hari. Seperti makan, transport, pulsa
dan lain sebagainya. 10 Persen untuk amal/zakat. 20 Persen bisa anda pakai untuk membiayai
sewa rumah, hutang (jika ada) atau keperluan-keperluan lainnya. 10 Persen anda
bisa gunakan untuk biaya refreshing sebuan sekali.
3 point di atas adalah hal yang
sangat mendasar yang banyak diabaikan orang-orang hingga akhirnya dia terjerumus kedalam
masalah hutang yang seolah tak berujung. Uang gaji sebagian besar habis untuk untuk
membiayai gaya hidupnya akibat ikut-ikutan temannya karena dia tidak kenal siapa dirinya lalu tak
paham apa kebutuhannya hingga tak bisa memnentukan visi dan misi keuangannya.
Sehingga gajinya setiap bulan seolah-olah tak pernah cukup untuk memenuhi
kebutuahnnya.
Jika sudah terjerumus hutang bagaimana? Ya tuntaskan
Berhutang adalah suatu tindakan
wajar jika itu semua dilakukan dengan terstruktur dan terencana. Bukan
dilakukan atas dasar dorongan nafsu dan keinginan semata-mata. Contohnya,
Kredit Pemilikan Rumah(KPR). Ini adalah salah satu bentuk hutang yang untuk
mendapatkannya perlu banyak pertimbangan dari berbagai pihak. Tidak hanya pihak
yang akan meminjam tapi juga pihak si pemberi pinjaman dalam hal ini adalah
bank. Ketika akan memiliki sebuah rumah, calon peminjam akan melakukan banyak
pertimbangan. Harga rumah, lokasi, aksesnya, surat-suratnya dan lain-lain.
Setelah semuanya disiapkan, pengajuannya pun akan memerlukan banyak proses.
Verifikasi calon peminjamnya itu sendiri, Survey lokasi, verifikasi
dokumen-dokumen dan lain-lain. Hingga akhirnya keluarlah keputusan bahwa
pengajuan kredit disetujui(approved)
atau ditolak(declined).
Hutang seperti itulah bisa
dibilang terstruktur dan terencana. Mengapa demikian? Anda bisa lihat dalam
prosesnya saja sudah cukup memakan waktu dan berbagai macam pertimbangan. Dalam
pengambilan keputusannya, tidak hanya satu orang atau satu pihak yang terlibat.
Tapi akan banyak pihak yang terlibat. Karena nominal pencairannya pun bukan
jumlah yang sedikit. Lalu setelah pengajuannya disetujui, surat-surat rumah pun
dijadikan jaminan. Sehingga orang akan berfikir ulang untuk menunggak.
Berbeda dengan hutang yang
pengambilan keputusannya sekejap seperti kartu kredit atau kredit tanpa agunan atau
hutang yang diambil untuk memenuhi gaya hidup dan tidak memerlukan pertimbangan
ini itu. Dan fakta yang lebih membuat heran lagi, orang-orang justru lebih
banyak terjerumus dengan hutang-hutang yang seperti ini padahal nominalnya
biasanya tidak terlalu besar. Namun karena hutang konsumtif seperti ini
sifatnya seperti bola salju, dia bisa menjadi masalah tersendiri dalam keuangan
anda.
Lalu bagaimana jika sudah terjerat
hutang? Ya tuntaskan.
Ada beberapa langkah yang bisa
anda tempuh untuk bisa lepas dari jerat hutang.
Pertama, Anda harus memiliki itikad baik dan kuat
untuk melunasinya. Alokasikan sekian persen penghasilan anda untuk melunasinya.
Jangan dibiarkan berlarut-larut. Karena semakin dibiarkan, hutang-hutang itu
akan semakin menggulung dengan bunga dan dendanya. Percayalah, jika anda
berniat untuk mangkir, maka semakin lama anda akan terus menerus dikejar
hutang. Maka dari itu, hadapi. Anda perlu proyeksikan dalam jangka waktu berapa
lama hutang-hutang itu akan anda lunasi.
Kedua, Lakukan restrukturisasi
hutang jika memang dibutuhkan atau jika anda merasa keberatan dengan nominal
yang akan anda cicil setiap bulannya. Anda bisa merestrukturisasi dari segi
panjangnya pinjaman(tenor). Anda juga bisa mencari pinjaman dengan bunga
rendah. Sehingga anda bisa memecah cicilan anda manjadi lebih ringan walaupun
memang waktunya menjadi lebih panjang.
Ketiga, Jaga komunikasi dengan
pihak yang anda hutangi. Jangan menghilang begitu saja jika berhutang. Karena
yang terdampak bukan hanya anda. Tapi bisa juga ke orang-orang di sekitar anda.
Jika anda berhutang pada bank, jaga terus komunikasi anda dengan pihak bank.
Akui terus terang pada bank kemampuan anda membayar hutang sebesar apa. Dengan
begitu anda juga bisa mengajukan keringanan untuk melunasi hutang anda. Dan
nama anda akan tertap terjaga di mata pihak bank.
Ada hal yang tak kalah penting
yang ajarang orang sadari. Yaitu, asuransikan hutang anda. Anda tak akan pernah
tahu apa yang akan terjadi pada diri anda besok,lusa atau bahkan beberapa jam
ke depan. Jangan sampai hutang-hutang yang anda miliki pada akhirnya
memberatkan keluarga anda jika ada suatu hal terjadi pada diri anda.
Jadi, masihkah anda memiliki hutang? Jika iya,
maka tuntaskanlah.