Minta tolong lah kami ke bapak yang dulu renovasi rumah kami sebut saja Bapak Y, setelah beliau naik ke atas rumah, balik-balik membawa berita yang cukup mengejutkan. Parabola tetangga yang rumahnya belakang-belakangan dengan saya, dipasang ditembok rumah kami. Akhirnya suami saya ikutan naik ke atas, untuk mengecek kebenarannya dan ternyata bener dong.
Kenapa mengejutkan? Karena Mereka memasang tanpa izin dulu ke pemilik rumah, bahkan saya dan tetannga itu tidak saling kenal.
Tetangga menurut wikipedia https://id.wiktionary.org/wiki/tetangga
Sedikit informasi, ini tanpa mengecilkan pihak manapun ya, sebagai gambaran aja, kami tinggal di Tangerang Selatan dan diperumahan, yang saya tau biasanya attitude orang yang tinggal diperumahan lebih baik, lebih menghargai privacy tiap individu, karena saya khatam tinggal diperkampungan gimana, sering pada KEPO apapun yang dilakukan tetangga, saya mau pergi aja ditanyain mau kemana, kan mereka cuma tetangga ya bukan orang tua atau pasangan hidup yang mesti minta izin dulu mau kemana-mana. Mungkin maksudnya baik, mau negor tapi terkadang suka ada niat lain dan ujung-ujungnya diomongin, walau saya orangnya ngga peduli sih diomongin, paling kuping mama saya aja yang panas 😂
![]() |
Posisi Parabola |
Untuk itu setiap individu yang sudah dewasa harusnya paham hukum dan etika bertetangga, karena bertetangga pun diatur loh oleh agama dan UUD. Beberapa pasal yang saya ketahui mengenai urusan bertetangga.
2. Pasal 1365 KUH Perdata : Perkara Volume musik yang terlalu kencang
3. Pasal 671 KUH Perdata : Perkara parkir sembarangan (menyerobot teras depan rumah)
4. Pasal 315 KUH Pidana : Perkara Penghinaan
5. Pasal 385 (1-6) KUH Pidana : Perkara Penyerobotan Tanah
Etika Bertetangga menurut Imam Al-Ghazali |
Berdasarkan risalah yang dituliskan oleh Imam Al-Ghazali yang berjudul al-Adab fid Din, ada 12 poin yang menyangkut etika bertetangga, yaitu :
2. Tidak lama-lama berbicara.
3. Tidak banyak bertanya.
4. Menjenguk yang sakit.
5. Berbela sungkawa kepada yang tertimpa musibah.
6. Ikut bergembira atas kegembiraannya.
7. Berbicara dengan lembut kepada anak tetangga dan pembantunya.
8. Memaafkan kesalahan ucapan.
9. Menegur secara halus ketika berbuat kesalahan.
10. Menundukkan mata dari memandang istri tetangganya.
11. Memberikan pertolongan ketika diperlukan.
12. Tidak terus-menerus memandang pembantu perempuannya.
Dari hal yang saya jabarkan diatas, bisa terlihat kan, agama dan negara pun mengatur etika bertetangga, tinggal individunya saja yang harus belajar saling menghargai dengan tetangga, karena bagaimanapun tetangga adalah orang yang rumahnya paling dekat dengan kita.
Untuk kasus yang sedang saya alami, sejauh ini saya dan suami masih diam belum mengambil tindakan apapun, sepertinya saat ada waktu lowong saya dan suami harus mengunjungi tetangga belakang rumah untuk bersilaturahmi 😉