Beauty Bullying

Kemarin saya menghadiri suatu event, sebelum pulang saya "me time" dulu sambil makan yoghurt, iseng lah saya liatin IGS teman-teman dunia maya. Sampai saya menemukan ada salah satu teman yang share IG Feed nya Maudy Ayunda mengenai Beauty Bullying. Duh hal ini menarik banget untuk di bahas, karena saya sempat ada di posisi tidak percaya diri karena beauty bullying.
Agak aneh sih ya, kenapa banyak orang menstandarkan kecantikan, seperti kalau perempuan warna kulitnya ngga putih ngga cantik, kalau hidungnya ngga mancung ngga keren, dll sebagainya. Ya gimana, kayak Maudy Ayunda yang udah cantik pinter gitu aja masih ada yang bully, gimana eke remahan rengginang.

Flashback ke Rani yang dulu. Lupa tepatnya kapan, sepertinya saat SMA deh saya ikutan standar itu. Wajar lah ya karena diumur segitu sudah mulai ada ketertarikan yang berbeda terhadap lawan jenis. Namanya masih diumur labil, pinginnya kan dapet pacar yang ganteng. Btw ternyata ngga perempuan aja ya yang ada standarnya di mata laki-laki, laki-laki pun ada standarnya sendiri di mata perempuan. Dikala itu, sepertinya warna kulit putih menjadi idaman banget, sedangkan warna kulit saya Tan. Ditambah lagi saya beradik kakak, saya sendiri yang kulitnya gelap. Kedua adik saya warna kulitnya seperti papa, sedangkan saya seperti mama. Tentunya ada sedikit minder, apalagi ada tetangga yang dulu nyinyir banget, suka bilang gini "ih kamu kok beda sendiri sih, si Adia mirip sama Lulu, jangan-jangan kamu anak nemu"
Walaupun saat itu saya sudah SMA dan sudah bisa berfikir lebih dewasa, tapi tetep aja kesel. Setiap ketemu dong, itu terus yang dibicarakan, dulu mah jawaban saya senyum doang. Aneh sih, padahal dia juga seorang ibu, ngga mikir kali ya gimana kalau anak itu diperlakukan yang sama oleh orang lain. Jadi pelajaran nih untuk saya dan siapapun yang baca, dilarang banget membandingkan karena kalian tidak tau hal apa dipikirkan oleh korban bullying kalian, walaupun yang dibandingkan saudaranya sendiri, jangan pernah ya.

Skin Colour Shaming


Dengan momok putih = cantik, perbedaan warna kulit saya dan adik-adik, ditambah lagi banyak teman-teman saya yang datang ke klinik kecantikan untuk membuat warna kulit mereka menjadi putih, tambah lah membuat saya minder. Kok ngga ikutan ke klinik kencatikan Ran? Jawabannya simple, kagak punya duit hahahaha. Kehidupan keluarga kami pas-pasan, jadi ngga bisa aneh-aneh.
SMA berlalu, sampailah saya memasuki masa kuliah. Masih membawa diri si Rani yang minder, tidak PD. Tingkat PD saya ditahap mudah cemas dan selalu membandingkan dengan orang lain. Mungkin dari luar saya keliatan PD, padahal mah sebenernya ngga. Terus dulu suka berandai-andai, kalau udah punya penghasilan sendiri, mau ke klinik kayak temen-temen ku juga ah biar putih. Sampai lah saya kenal dengan salah satu teman, yang bisa dibilang, dia salah satu yang membuat kepercayaan diri saya kembali. Teman saya ini laki-laki ya dan di kala itu dia termasuk good looking lah, jadi saya dengerin omongannya hahaha.
Dia bilang gini, "Kenapa sih kamu ngga PD, kamu cantik kok. Justru kalau kamu putihin kulit mu jadi aneh" Sejak saat itu aku mulai PD, terus jadi sering ngaca sambil bilang dalam hati "ah iya, gue cakep kok, ngapain ya gue pingin putih 😆"

Mulai pudar deh niatan ingin memutihkan kulit, ditambah lagi setelah ketemu teman-teman SMA yang dulunya perawatan, kok urat-urat di pipinya muncul, saya ngga mau seperti itu, sejak saat itu aku mengubur keinginan untuk putih, saya cuma ingin perawatan muka yang membuat bersih dan awet muda (ini mah idaman semua perempuan).
Ketika sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri, saya mulai perawatan ke klinik, tapi saya selalu bilang ke dokternya, saya tidak ingin putih ya dok, saya hanya ingin kulit saya sehat dan bersih. Jadilah saya selalu diberikan krim yang tidak memutihkan. Sampai akhirnya saya berhenti perawatan di klinik dan memulai ke produk drug store. Ini tahapan perawatan yang saya pakai saat ini Skincare Routine. Saat event kemarin, saya bertemu salah satu teman blogger dan dia cerita baca blog saya mengenai skincare, katanya dia senang liat kulit saya, kenyal dan apa adanya sesuai warna kulit, ngga di buat-buat seperti perempuan-perempuan sekarang yang kiblatnya ke perempuan di negeri gingseng. Duh mba Kantie, you made my day 😘
Terimakasih juga ya teman lama saya, yang membuat saya percaya diri.

Balik ke kasus Beauty Bullying, Body Shaming, Beauty Shaming ataupun Makeup Shaming.
Kenapa sih kita mesti melabelkan sesuatu, yang efeknya bisa ngga baik untuk yang lain.
Ini loh efek BURUK dari bullying :
  1. Mengalami gangguan tidur.
  2. Mengalami gangguan mental. Seperti depresi, rendah diri, tidak percaya diri, cemas, ingin menyakiti diri sendiri, bahkan ingin bunuh diri.
  3. Menjadi pengguna obat-obatan terlarang.
  4. Prestasi akademik menurun.
  5. Ikut melakukan kekerasan (menjadi pelaku bullying) atau melakukan balas dendam.
Untuk menghindari korban maupun pelaku bullying, harus diajarkan sejak kecil, untuk itu sebagai orang tua wajib mengajarkan, dengan cara :
  1. Tanamkan nilai moral sejak dini.
  2. Bangun komunikasi yang baik dengan anak.
  3. Ajak anak berfikir untuk menilai dan membedakan perilaku yang baik dan tidak baik.
  4. Berani melaporkan kepada orang tua, guru ataupun pihak yang bertanggung jawab apabila menjadi korban bullying.
  5. Mencontohkan hal yang baik terhadap anak. Sebab, anak itu adalah cerminan dari orang tuanya.
Terakhir saya ingin membagi quotes dari kakak saya, Miley Cyrus :
Beauty is the enemy. We try to conquer not feeling beautiful all our lives. It's a battle that can't be  won. There's no definition of beauty. The only way to achieve beauty is to feel it from inside without breaking down into individual physical attributes

Sumber
https://www.alodokter.com/efek-bully-dan-cara-mengatasinya

2 komentar

  1. Halo, mba Rani.. salam kenal.

    Mau ikut bercerita juga. Saya juga sawo matang, udah mulai di-bully sejak SD karena hitam. Dibilang orang Irian Jaya, dakocan, dll. Emang dampaknya gede banget sih, jadi merasa jelek. Terus SMP-SMA di-bully karena jerawatan. Tapi pas kuliah, mulai nemu kualitas dan kelebihan diri.. nah masalah fisik ini mulai enggak jadi masalah (walo kadang tetep aja merasa minder, tapi enggak separah dulu).

    Sama jadinya saya berkaca, saya pengen jadi orang tua yang apresiasi kelebihan anaknya. Soalnya dulu saya engga dapet, jadi dibully dari luar rumah, dan gak ada dukungan dari dalem rumah. Jadi mudah2an anak saya lebih kuat menghadapi kezamnya dunia.

    Maap, curhatnya panjang. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Nia.
      Ternyata separah itu ya bully-ing itu.

      aamiin, semoga anak-anak kita lebih kuat ya mba, karena sekarang lebih kencang juga perbullyan itu di sekolah

      Hapus

Silahkan Komen Disini